KENDARI, Kongkritpost.com- Tiga bulan lebih sedikit. Itulah waktu yang dibutuhkan Pemerintah Kota Kendari di bawah kendali duet Wali Kota Siska Karina Imran dan Wakil Wali Kota Sudirman untuk menunjukkan langkah awal mereka bukan sekadar seremonial politik.
Selasa (10/6/2025) Phinisi Ballroom Hotel Claro Kendari menjadi saksi pergelaran ekspose capaian 100 hari kerja yang menyuguhkan optimisme, namun juga memunculkan sejumlah pertanyaan: apakah langkah cepat ini cukup menjawab tantangan nyata kota?
Sorotan utama yang dielu-elukan adalah peluncuran Call Center 112, nomor tunggal panggilan darurat. Sebuah inisiatif yang memang layak diapresiasi—bukan hanya karena memberikan akses cepat dalam kondisi genting seperti kebakaran atau kecelakaan, tetapi karena menjadikan warga sebagai pusat pelayanan.
Peluncuran itu bahkan disertai legitimasi dari Kementerian Komunikasi dan Digital RI, menempatkan Kendari sejajar dengan kota-kota besar yang telah lebih dulu mengintegrasikan sistem layanan darurat nasional. Namun, sebagaimana layanan publik lainnya, efektivitas Call Center ini akan ditentukan bukan oleh peluncurannya, tapi oleh konsistensi dan kecepatan respons di lapangan.
Selama 100 hari, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan mencatat 39 kasus kebakaran dan 114 tindakan penyelamatan. Selain itu, edukasi kebencanaan dan pemangkasan pohon rawan tumbang dilakukan sebagai langkah pencegahan. Langkah-langkah ini memperlihatkan bahwa manajemen risiko bencana mulai masuk dalam kerangka kerja sistematis.
Tak kalah menarik adalah penataan ruang kota yang diklaim “humanis dan solutif.” Kawasan pedestrian, bahu jalan, dan area PKL ditertibkan dengan pendekatan dialog. Pedagang kaki lima, juru parkir, dan pelaku UMKM dilibatkan dalam proses relokasi yang dikatakan damai—sebuah pendekatan yang kerap sulit ditemui dalam praktik di banyak daerah lain.
Langkah ini menjadi sinyal bahwa Pemkot ingin menata kota bukan dengan pendekatan kekuasaan, tapi negosiasi. Kawasan KDI Beach, misalnya, mulai disulap menjadi ruang publik yang lebih tertib. Namun tentu saja, waktu akan menguji apakah keteraturan ini mampu bertahan atau hanya sebatas “bersolek” 100 hari.
Dari sisi pencapaian eksternal, Pemkot Kendari memborong sederet penghargaan dalam waktu singkat, seperti:
TOP Pembina BUMD 2025 Bintang 4
Juara Umum HUT Sultra ke-61
Juara 1 Stand Terbaik Dekranasda
Penunjukan Siska sebagai Ketua APEKSI Komwil VI
Penghargaan ini memberi angin segar, namun publik berharap lebih dari sekadar trofi dan piagam: keberlanjutan program, transparansi anggaran, dan keterlibatan warga dalam pengambilan kebijakan adalah parameter yang lebih bermakna.
Dalam sambutannya, Dirjen Otonomi Daerah Akmal Malik menyebut ekspose ini sebagai bentuk keseriusan pemerintah kota yang patut ditiru. “Kalau 100 hari saja bisa sebagus ini, saya yakin lima tahun ke depan Kendari akan jauh lebih maju,” ucapnya optimis.
Wali Kota Siska pun menegaskan bahwa keberhasilan awal ini adalah buah kerja kolektif, bukan individual. “Kami ingin meletakkan fondasi pelayanan publik yang kuat dan cepat,” tegasnya.
Namun, pertanyaan mendasar tetap menggantung: bagaimana jika tantangan ke depan tak lagi bisa dijawab dengan respons cepat, tapi butuh kebijakan jangka panjang yang kompleks? Mampukah semangat 100 hari ini dijaga dalam 1000 hari berikutnya?
Ekspose ini dihadiri tokoh-tokoh penting seperti Sekda Provinsi Sultra Asrun Lio, PJ Sekda Kota Kendari Amir Hasan, Forkopimda, DPRD Kota, dan ribuan RT/RW. Publik pun berharap bahwa forum ini bukan sekadar ajang laporan keberhasilan, tetapi juga titik awal membangun kepercayaan bersama.
Dengan fondasi yang telah diletakkan, kini semua mata tertuju pada tahap berikutnya: konsistensi, keberpihakan, dan keberlanjutan( Red)
Berkomentarlah dengan baik dan bijak menggunakan facebook