KENDARI, Kongkritpost.com- Lebih dari sekadar seremoni organisasi, Musyawarah Daerah (Musda) ke-V Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kota Kendari yang berlangsung di Aula Samaturu, Jumat (18/7/2025), menjelma menjadi ruang artikulasi penting tentang posisi strategis perempuan dalam membentuk masa depan bangsa. Wali Kota Kendari, dr. Hj. Siska Karina Imran, SKM, tak sekadar hadir membuka acara — ia membawa narasi pemberdayaan yang berani dan berkelas.
Dengan mengusung tema “Penguatan Pondasi Transformasi Organisasi Dharma Wanita Persatuan Menuju Kendari Semakin Maju dan Indonesia Emas 2045”, forum ini menjadi lebih dari sekadar ajang pergantian kepengurusan. Ia adalah medan kontestasi gagasan: tentang peran perempuan sebagai arsitek sosial, sebagai aktor pembangunan, dan sebagai pemimpin yang tak gentar menembus ruang publik.
“Saya berharap Dharma Wanita aktif mendukung program pemerintah, bukan hanya PKK saja yang terlihat,” tegas Siska dalam nada yang tegas tapi hangat — menggugah sekaligus mengingatkan. Di balik kritik tersebut, tersimpan harapan besar agar DWP tidak hanya menjadi simbol formal kelembagaan, tetapi benar-benar menjadi agent of change dalam lingkup keluarga ASN dan masyarakat luas.
Tak sekadar retorika, Wali Kota Kendari juga membuktikan komitmennya secara konkret. Ia mengumumkan hibah sebesar Rp500 juta untuk mendukung gerak organisasi, sembari menambahkan sumbangan pribadi sebesar Rp5 juta — bukan demi sensasi, tetapi sebagai apresiasi terhadap keberanian para anggota DWP yang mulai berani tampil dan berbicara di ruang publik. Sebuah pesan simbolik tentang pentingnya visibility perempuan dalam arus pembangunan.
Dalam pidatonya, Siska menyeret forum ini pada substansi yang lebih dalam: keberanian, kemandirian, dan kemampuan multitasking perempuan. “Perempuan itu bisa semuanya: memasak, bekerja, bahkan memimpin. Yang penting punya keberanian,” ujarnya. Bukan sekadar motivasi, ini adalah penegasan: bahwa perempuan bukan pelengkap pembangunan, tetapi jantungnya.
Musda kali ini, dalam kepemimpinan Siska yang dikenal progresif, tidak sekadar menguatkan struktur organisasi DWP — melainkan membongkar batasan-batasan lama yang membungkam potensi perempuan. Ia mendorong narasi baru: bahwa di tengah transformasi sosial menuju Indonesia Emas 2045, perempuan bukan penonton, tapi pemain utama.
Melalui forum ini, Wali Kota Kendari menempatkan DWP sebagai ruang aktualisasi, bukan sekadar pelengkap dalam hierarki ASN. Ia menantang DWP untuk tampil berani, strategis, dan relevan — menyuarakan gagasan, menggagas solusi, dan menjadi mitra ideologis bagi arah kebijakan pemerintah kota.
Di kota yang sedang tumbuh menuju peradaban urban yang inklusif, Musda DWP ini tidak lagi sekadar momen administratif. Ia adalah sinyal — bahwa dari Kendari, perempuan bersiap menjadi garda depan pembangunan Indonesia yang adil, setara, dan berkelanjutan( Red)



Berkomentarlah dengan baik dan bijak menggunakan facebook