KENDARI, Kongkritpost.com- Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Prof. Drs. H. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D. secara resmi membuka Gerakan Pangan Murah di Kota Kendari, bertempat di halaman eks MTQ, Selasa (26/8/2025). Agenda nasional ini digelar atas kolaborasi Kemendagri, Badan Pangan Nasional, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, sebagai langkah konkret menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pangan di tengah gejolak global.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut Gubernur Sultra Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Bakrie, Wakil Gubernur Sultra Ir. Hugua, M.Ling, pimpinan Forkopimda, bupati/wali kota se-Sultra, jajaran OPD, serta pelaku usaha dan UMKM sektor pangan.
Pangan Murah sebagai Wujud Gotong Royong
Dalam sambutannya, Gubernur Andi Sumangerukka menyebut gerakan pangan murah merupakan wujud nyata sinergi pemerintah pusat, daerah, dan dunia usaha dalam memastikan ketersediaan pangan terjangkau bagi masyarakat.
> “Tantangan pangan saat ini semakin kompleks: mulai dari iklim, rantai pasok, hingga dampak konflik global. Karena itu, gerakan ini hadir sebagai solusi menjaga stabilitas harga sekaligus mendekatkan akses pangan murah bagi rakyat,” tegasnya.
Program pangan murah akan digelar secara bergilir di 17 kabupaten/kota se-Sultra, melibatkan Bulog, OPD teknis, pelaku usaha, UMKM, serta dukungan TNI-Polri.
Tito: Pangan Adalah Kedaulatan Bangsa
Dalam arahannya, Mendagri Tito menekankan bahwa pangan adalah isu utama Presiden RI dalam menjaga kedaulatan bangsa.
> “Negara merdeka adalah negara yang merdeka dari pangan. Tahun ini produksi beras kita meningkat signifikan, stok Bulog pun tinggi. Ini capaian yang harus kita jaga bersama,” ujarnya.
Ia menambahkan, biaya hidup dengan pangan sebagai faktor utama menjadi perhatian publik terbesar. Oleh karena itu, pemerintah memprioritaskan stabilitas harga pangan untuk menekan inflasi.
Tito mengurai inflasi terdiri dari tiga komponen utama:
1. Volatile food – harga pangan yang mudah bergejolak.
2. Administered prices – harga barang/jasa yang diatur pemerintah seperti BBM dan listrik.
3. Core inflation – daya beli masyarakat pada sektor non-pokok.
“Di Sultra, inflasi terakhir tercatat 3,72%, dipicu cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan beras. Dengan intervensi pangan murah, harga bisa terkendali, daya beli terjaga, dan ketahanan pangan semakin kokoh,” jelasnya.
Dunia Usaha Apresiasi Kolaborasi
Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, menyebut gerakan pangan murah sebagai bentuk nyata arahan Presiden RI untuk menjaga daya beli rakyat.
> “Ketahanan pangan tidak bisa dibangun sendiri, harus gotong royong lintas sektor. Kami apresiasi Mendagri, Bapanas, Gubernur Sultra, Bulog, dan semua pihak yang konsisten menjaga stabilitas pangan,” ungkapnya
Momentum Menuju Swasembada Pangan
Gerakan pangan murah di Kendari ini bukan sekadar operasi pasar, melainkan momentum memperkuat kolaborasi nasional dalam swasembada pangan. Program ini diharapkan dapat menekan inflasi, menjaga daya beli, serta memperkuat ketahanan pangan sebagai pilar utama menuju Indonesia Maju 2045(Red)
Berkomentarlah dengan baik dan bijak menggunakan facebook