KENDARI, Kongkritpost.com- Jalan Tunggala tidak lagi hanya sekadar akses menuju kawasan pemukiman elit. Ia kini jadi titik temu antara kepentingan publik dan kepedulian swasta. Sebuah kolaborasi lahir. Bukan dari janji, tapi dari kebutuhan mendesak: banjir yang terus datang tanpa permisi.
Di balik pagar-pagar perumahan yang makin menjulang, genangan air terus jadi momok lama. Tapi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Kendari tidak tinggal diam. Mereka tak ingin kota ini tumbuh tanpa fondasi yang kuat. Apalagi di kawasan yang sedang berkembang seperti Tunggala.
Solusi tidak bisa sendiri. Maka pemerintah menggandeng developer.
Kepala Bidang Bina Marga Dinas PUPR Kota Kendari, Muhammad Almuna Mande, menyebut ini sebagai langkah strategis. Bukan reaktif, tapi holistik. Bukan sekadar tambal sulam, tapi rekayasa ulang sistem drainase secara terencana.
“Permasalahan banjir di Tunggala kompleks. Maka solusinya juga harus terpadu,” ujar Almuna Mande, Senin (30/6/2025).
Beberapa pengembang proyek properti yang ada di kawasan itu, kata Almuna, telah menyatakan komitmen untuk turut membangun drainase, memperbaiki kualitas jalan, hingga menormalisasi saluran air lama yang selama ini tersumbat atau kapasitasnya tak lagi memadai.
Ada kesadaran yang mulai tumbuh dari kalangan swasta: lingkungan yang nyaman adalah nilai tambah properti. Dan kenyamanan itu tak datang dari desain rumah mewah semata, tapi dari infrastruktur dasar yang bekerja dengan senyap—seperti drainase.
“Developer memahami pentingnya infrastruktur yang baik untuk mendukung perkembangan properti mereka dan kenyamanan warga sekitar,” tambah Almuna.
Namun, kerja sama ini tidak dilepas begitu saja. PUPR hadir sebagai pengarah. Memberikan arahan teknis, serta melakukan pengawasan ketat. Semua harus mengikuti standar. Tidak boleh ada kompromi soal kualitas, apalagi pada sistem drainase yang akan diuji oleh waktu dan hujan.
“Ini bukan hanya soal bangun-membangun. Ini soal menjaga agar kota ini bisa terus bernafas, bahkan saat langit sedang tumpah air,” ungkap Almuna.
Proyek penanganan banjir ini diharapkan selesai secara bertahap. Tapi dari cara kerjanya—kolaboratif, partisipatif, dan teknokratis—ada sinyal positif bahwa Kendari sedang menata wajahnya secara serius.
Tunggala mungkin dulu dikenal sebagai kawasan rawan genangan. Tapi jika proyek ini berhasil, ia bisa jadi contoh baru: bagaimana kota tumbuh tanpa mengorbankan lingkungan, dan bagaimana sektor swasta dan pemerintah bisa duduk bersama menyelesaikan masalah publik.
Karena kota yang sehat, tidak dibangun dari beton saja. Tapi dari kemauan untuk bersinergi( Usman)
Berkomentarlah dengan baik dan bijak menggunakan facebook