KOLAKA, Kongkritpost.com– Dalam rangkaian kunjungan kerja ke beberapa provinsi di Indonesia, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, memulai dengan meninjau progres pembangunan proyek smelter nikel milik PT. Ceria Nugraha Indotama (Ceria) di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, pada Selasa (2/7/2024)
Arifin menegaskan bahwa proyek smelter nikel Ceria termasuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) sesuai Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020. “Saya berkesempatan melihat kemajuan fisik proyek smelter dari Ceria. Kita harapkan mechanical completion bisa selesai Oktober dan bisa commissioning di akhir tahun ini,” ujarnya pada Rabu (3/7/24).
Proyek smelter ini menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF), dengan satu jalur produksi awal (1 x 72 MVA) yang akan mengolah bijih nikel saprolit. Rencananya, empat jalur produksi (4 x 72 MVA) akan dibangun secara bertahap dengan kapasitas 252.700 ton per tahun. Smelter ini akan mendapatkan pasokan listrik dari PT. PLN (Persero) dengan total kapasitas 414 MVA (352 MW), yang akan mulai dialirkan secara bertahap tahun ini.
Arifin menekankan pentingnya pengembangan ekosistem produk akhir elektrifikasi di Indonesia yang memiliki sumber daya mineral bernilai tinggi. “Kita harus mengantisipasi bagaimana industri dalam negeri ini bisa berkembang. Cita-cita kita elektrifikasi bisa tercapai. Nikel ini tentu saja ada di poros baterai NCM (Nikel Cobalt Mangan),” jelasnya.
CEO Ceria Group, Derian Sakmiwata, mengungkapkan bahwa smelter RKEF Ceria line 1 akan beroperasi dalam dua hingga tiga bulan ke depan. “Ukuran furnace-nya 72 MVA yang akan mengolah 1,4 juta metrik ton per tahun dengan kadar 1,59%,” urainya.
Selain itu, Ceria berencana membangun smelter dengan teknologi HPAL (High Pressure Acid Leaching) dan berkomitmen terhadap kaidah Environment, Social, and Governance (ESG). “Ceria juga aktif menerapkan IRMA (Initiative for Responsible Mining Assurance) untuk mengupgrade operasi dan memperhatikan aspek lingkungan dan sosial,” tambah Derian.
Proyek ini adalah smelter pertama di Indonesia yang didanai oleh perbankan nasional, yakni PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Menteri Arifin menyatakan, “Ini adalah proyek pendanaan pertama oleh perbankan nasional. Pemerintah terus berusaha memfasilitasi lembaga perbankan untuk mendanai proyek smelter maupun sektor energi lainnya.”
Pemerintah memiliki visi mendorong dan mempercepat proses hilirisasi. “Kita ingin produk yang dihasilkan punya nilai tambah tinggi, oleh karena itu kita perlu smelter untuk mendorong pembangunan dan perekonomian nasional,” jelas Arifin.
Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, menambahkan, “Proyek smelter Ceria adalah proyek pertama yang dibiayai oleh investor domestik. Bank Mandiri mendukung proyek ini agar selesai dengan baik dan sesuai target.”
Dengan kemajuan yang signifikan ini, proyek smelter nikel Ceria diharapkan mampu mendukung program hilirisasi mineral dan elektrifikasi nasional, meningkatkan nilai tambah produk turunan mineral, serta memacu pertumbuhan industri dalam negeri( Red)