KENDARI, Kongkritpost.com- Mewakili Pj. Gubernur Sulawesi Tenggara, Komjen Pol (P) Dr. (HC) Andap Budhi Revianto, S.I.K., M.H., Sekda Sultra Drs. H. Asrun Lio, M.Hum., Ph.D. membuka secara resmi dialog kerukunan umat beragama lintas generasi dengan tema “Penguatan Peran FKUB dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama dan Kondusivitas Pilkada 2024.” Dalam sambutan pembukaannya, Sekda menyampaikan salam dan apresiasi dari Pj. Gubernur yang berhalangan hadir karena tugas dinas.
Pj. Gubernur, melalui Sekda, menyambut baik tema dialog dan mengungkapkan harapan besar agar kegiatan ini mempererat tali persaudaraan antarumat beragama di Sultra, terutama menjelang Pilkada serentak 2024. “Kita memiliki modal sosial yang besar melalui keberagaman agama, budaya, dan suku di Bumi Anoa ini,” ucap Sekda, merujuk data Kementerian Agama yang mencatat komposisi umat beragama di Sultra pada tahun 2023 terdiri dari 95,81% Muslim, 1,89% Hindu, 1,65% Protestan, 0,6% Katolik, 0,05% Buddha, serta pemeluk agama lainnya ujarnya Sabtu (9/11/2024)
Sekda Sultra menekankan bahwa kerukunan beragama adalah landasan utama agar masyarakat Sultra terus maju meski berbeda-beda keyakinan. “Kerukunan adalah kunci. Dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) sebagai miniatur kebinekaan, kita punya wadah untuk dialog, berbagi pandangan, dan merumuskan langkah konkret menjaga persatuan,” tegasnya.
Sekda Sultra menyampaikan pentingnya menghindari potensi polarisasi menjelang Pilkada pada 27 November 2024 yang akan diikuti 62 pasangan calon, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota se-Sultra. Ia menegaskan bahwa Pilkada harus memperkuat demokrasi, bukan merusak keharmonisan.
Sekda memberikan empat poin penting bagi seluruh masyarakat dan pemuka agama dalam menghadapi Pilkada:
1. Menghindari kebencian dan permusuhan antarumat beragama.
2. Bijak menanggapi informasi dan menghindari provokasi dari berita palsu.
3. Mengedepankan toleransi dan menunjukkan bahwa Sultra dapat memilih pemimpin tanpa merusak hubungan antarumat.
4. Meminta para pemuka agama untuk menjadi penjaga kedamaian dan mengajak umat memilih dengan kepala dingin.
Sekda juga mengingatkan bahwa pemerintah daerah berkomitmen menjaga stabilitas serta siap merespons setiap potensi gesekan di masyarakat. “Kita semua punya tanggung jawab menjaga kedamaian ini. Tidak ada tempat untuk perpecahan di Sultra,” tegasnya. Sekda berharap dialog ini membawa dampak positif dan memperkuat persatuan dalam keberagaman yang ada di Bumi Anoa.
Acara dialog tersebut turut dihadiri Ketua DPRD Provinsi Sultra, Forkopimda, Danrem 143/Haluoleo, dan Kajati Sultra, serta jajaran FKUB, Kesbangpol kabupaten/kota, tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga media massa. Dukungan dari berbagai pihak menunjukkan komitmen bersama untuk menjaga keharmonisan antarumat di Sultra menjelang pesta demokrasi.
Dialog ini menjadi wadah strategis bagi Sultra untuk memperkuat komitmen kedamaian, sekaligus momentum untuk menampilkan Sultra sebagai contoh bagi Indonesia dalam menjalankan demokrasi yang harmonis dan damai( Red)