KENDARI, Kongkritpost.com- Sulawesi Tenggara, sebuah tanah yang subur dengan keanekaragaman budaya dan masyarakat yang dinamis, telah dipilih sebagai tuan rumah untuk Festival Komunitas Informasi dan Media (KIM) tahun 2024. Inisiatif yang dipandang sebagai tonggak baru dalam paradigma komunikasi masyarakat ini telah menjadi magnet bagi para pemimpin, pejabat, dan praktisi media di seluruh wilayah.Mengusung semangat “communication with people,” festival ini bukan hanya sekadar acara, tetapi sebuah perayaan kreativitas, mandiri, dan kolaboratif masyarakat dalam mengelola informasi dan memperkuat keterlibatan publik.
Di balik panggung, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Sulawesi Tenggara, Ridwan Badallah, bersama jajaran pemerintah setempat telah menggelar rapat persiapan megah di Aula Mepokooaso. Dengan sentuhan kepemimpinan yang dinamis, mereka merancang langkah-langkah strategis untuk memastikan kesuksesan penuh acara ini jelas Ridwan Selasa (30/4/2024)Tidak hanya sekadar menyusun agenda, mereka memantapkan kolaborasi antara pemerintah provinsi dan kota Kendari untuk menggarap setiap detail mulai dari penyiapan lokasi hingga fasilitas akomodasi untuk para peserta dan tamu kehormatan.
Selain itu, kunjungan dari Direktorat Tata Kelola dan Kemitraan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo menjadi momen penting dalam memvalidasi upaya mereka. Sementara workshop pengelolaan media sosial yang akan dilaksanakan menjadi ruang inspirasi bagi praktisi media lokal untuk berbagi pengetahuan dan meningkatkan keterampilan dalam mengelola platform digital.
Dalam visi mereka, suksesnya KIM 2024 bukan hanya diukur dari seberapa meriahnya acara, tetapi dari dampak yang dihasilkan bagi masyarakat Sulawesi Tenggara. Ini adalah perayaan kesatuan, keberagaman, dan kreativitas yang menjadi cerminan semangat dan potensi besar yang dimiliki oleh masyarakat setempat.
Saat lampu-lampu panggung mulai menyala, Sulawesi Tenggara bersiap untuk menjadi pusat sorotan nasional dan internasional. Festival KIM 2024 bukan hanya tentang memberi, tetapi juga tentang menerima; bukan hanya tentang berbicara, tetapi juga tentang mendengarkan. Dan di balik semua itu, terdapat satu keyakinan yang tak tergoyahkan: bahwa melalui komunikasi yang inklusif, kita dapat menciptakan perubahan yang berarti dalam masyarakat( Red)