KENDARI, Kongkritpost.com- Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Pemprov Sultra) kembali menunjukkan komitmennya dalam menjaga stabilitas ekonomi daerah dengan mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah yang dirangkaikan dengan Sosialisasi Program Sekolah Unggulan Garuda. Agenda ini merupakan pertemuan rutin yang digelar Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendagri RI) secara virtual, dan diikuti Pemprov Sultra dari Ruang Rapat Biro Perekonomian Setda Sultra, Senin (14/4/2025).
Rakor dipimpin langsung oleh Sekretaris Jenderal Kemendagri, Tomsi Tohir, serta menghadirkan sejumlah narasumber dari kementerian dan lembaga strategis seperti Wamendiktisaintek Prof. Stella Christie, Kepala BPS RI Amalia Adininggar Widyasanti, Deputi III KSP Edy Priyono, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, dan Staf Ahli Menteri Pertanian Suwandi.
Dari pihak Sultra, hadir langsung Sekretaris Daerah Provinsi Sultra Drs. H. Asrun Lio, Staf Ahli Gubernur Bidang Kemasyarakatan dan SDM, serta perwakilan dari BPS, Bulog, dan OPD terkait.
Dalam arahannya, Tomsi Tohir menegaskan pentingnya peran pemerintah daerah dalam menjaga ketahanan pangan sebagai kunci pengendalian inflasi. Ia mengimbau agar kepala daerah mendorong penanaman komoditas seperti bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit di tingkat desa.
“Luasnya tak perlu besar, tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan lokal. Yang penting harga bisa terkendali dan masyarakat tidak tergantung pasokan dari luar,” ujarnya.
Tomsi juga meminta agar pada Rakor minggu berikutnya, kepala daerah menyampaikan data dan langkah konkret yang telah diambil terkait pengendalian harga pangan.
Kepala BPS RI, Amalia Adininggar Widyasanti, menyampaikan bahwa inflasi tahunan (Maret 2025 terhadap Maret 2024) tercatat sebesar 1,03%, sementara inflasi bulanan (Maret 2025 terhadap Februari 2025) mencapai 1,65%.
Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan harga di kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta berakhirnya program diskon listrik 50%.
Tiga komoditas utama penyumbang inflasi Maret 2025 adalah: Bawang merah (24,07%), Cabai rawit (13,67%), Daging ayam ras (1,64%)
Secara geografis, Kabupaten Wakatobi di Sultra menjadi salah satu daerah dengan Indeks Perkembangan Harga (IPH) tertinggi di luar Jawa dan Sumatera, yaitu 4,16%. Kenaikan ini terutama dipicu oleh harga cabai merah, beras, dan bawang merah.
Rakor kali ini juga dirangkaikan dengan sosialisasi Program Sekolah Unggulan Garuda oleh Wamendiktisaintek, Prof. Stella Christie. Program ini merupakan inisiatif langsung Presiden Prabowo Subianto untuk memberikan akses pendidikan unggulan hingga ke pelosok negeri, terutama di bidang sains dan teknologi.
“Banyak anak-anak cerdas yang belum memiliki akses ke pendidikan berkualitas. Sekolah Garuda hadir untuk menjembatani kesenjangan ini agar mereka bisa ikut membangun masa depan bangsa melalui sains dan teknologi,” ujar Prof. Stella.
Program ini juga menjadi bagian dari Asta Cita Presiden dan Wapres, khususnya pada poin keempat: penguatan SDM, teknologi, pendidikan, dan pemberdayaan perempuan, pemuda, serta penyandang disabilitas.
Sekretaris Daerah Provinsi Sultra, Dr. Asrun Lio, menanggapi positif hasil Rakor dan menyebutkan bahwa inflasi Sultra masih dalam kategori normal. Namun, tantangan tetap ada di wilayah dengan akses transportasi terbatas seperti Wakatobi (IPH 4,16%), Buton Utara (2,36%), dan Muna (1,7%).
“Keterbatasan akses, seperti yang terjadi di Wakatobi yang hanya bisa ditempuh lewat jalur laut, menyulitkan distribusi dan memicu kenaikan harga barang,” jelasnya.
Sebaliknya, wilayah dengan akses transportasi lebih baik seperti Buton Selatan dan Kolaka Timur mencatat IPH rendah.
Untuk menekan inflasi, Pemprov Sultra akan terus mendorong produksi lokal dan memperkuat distribusi logistik, terutama untuk komoditas pangan strategis seperti daging ayam, cabai rawit, dan udang basah( Red)