KENDARI, Kongkritpost.com-Istilah “sampah” yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai barang sisa yang tidak terpakai dan dibuang, sejatinya tak dikenal dalam ekosistem alam. Segala sisa alami seperti kotoran hewan, kulit buah, atau cangkang telur mampu terurai dan memberikan manfaat bagi kesuburan tanah. Namun, di dunia modern, sampah menjadi realitas yang tidak terelakkan, bahkan menjadi sumber penghidupan bagi sebagian orang.
Santi, salah seorang pemulung di Kendari, Sulawesi Tenggara, mengisahkan perjuangannya kepada awak media. “Saya setiap hari bekerja begini, Pak, demi mencukupi kebutuhan hidup anak-anak saya yang lima orang dan suami saya,” ujar Santi dengan nada penuh keprihatinan ujarnya Minggu (8/12/2024)
Ketika ditanya tentang hasil kerjanya, Santi menjelaskan bahwa barang-barang hasil pungutannya dijual kepada pengepul. “Kalau diambil di rumah, harganya Rp14.000, tapi kalau saya jual langsung ke pengepul, bisa dapat Rp16.000. Uangnya untuk menghidupi keluarga saya,” ungkapnya.
Meski pekerjaan ini terlihat sederhana, perjuangan Santi tak semudah yang dibayangkan. Ia harus bersaing dengan pemulung lain untuk mendapatkan sampah yang memiliki nilai jual. Risiko kesehatan dan kecelakaan kerja juga menjadi tantangan besar dalam kesehariannya.
“Kadang saya mengumpulkan sampah buangan atau kardus yang tidak terpakai. Hasilnya tidak menentu, Pak, tergantung apa yang bisa saya dapatkan dalam sehari,” lanjut Santi. Ia menambahkan bahwa suaminya juga bekerja serabutan, kadang ikut memulung atau menjadi pekerja bangunan.
Santi yang berasal dari Desa Kodongia, Kabupaten Muna, berharap pemerintah dapat memberikan perhatian kepada nasib para pemulung seperti dirinya. “Kami hanya ingin bantuan agar bisa berusaha lebih baik,” tuturnya.
Setiap hari, Santi menyusuri jalanan Kota Kendari, mengais barang-barang tak terpakai seperti botol bekas, plastik, kardus, dan sampah lainnya yang bisa didaur ulang dan dijual. Baginya, pekerjaan ini adalah jalan untuk bertahan hidup, meskipun penuh dengan kesulitan.
Ia berharap pemerintah Kota Kendari dan pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dapat memberikan dukungan kepada para pemulung. “Mohon perhatikan kami, agar bisa mendapat bantuan untuk memperbaiki penghidupan,” pinta Santi penuh harap(Usman)