KENDARI, Kongkritpost.com- Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean C Kendari menggelar kegiatan Coffee Morning bersama rekan-rekan media pada Kamis (12/6/2025).
Dalam suasana santai namun penuh makna, Bea Cukai Kendari memaparkan peran strategisnya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara, khususnya melalui program hilirisasi komoditas non-tambang.
Kepala KPPBC TMP C Kendari, Tonny Riduan P. Simorangkir, menegaskan bahwa hilirisasi bukan sekadar mengolah bahan mentah menjadi produk jadi atau setengah jadi. Lebih dari itu, hilirisasi merupakan kunci transformasi ekonomi. Dengan memaksimalkan potensi lokal melalui pengolahan bernilai tambah, daerah tidak hanya meningkatkan pendapatan masyarakat dan membuka lapangan kerja, tapi juga memperkuat ketahanan ekonomi jangka panjang.
“Potensi hilirisasi di Sultra sangat besar, terutama di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menyumbang 23,53% terhadap PDRB. Namun sayangnya, sebagian besar produk masih dijual dalam bentuk mentah,” ujar Tonny.
Membaca tantangan ini, Bea Cukai Kendari meluncurkan inovasi “Bea Cukai Keliling”, sebuah program yang menjangkau langsung pemerintah daerah di berbagai kabupaten/kota di Sultra. Tujuannya? Memetakan potensi hilirisasi non-tambang, memberikan edukasi, dan membina pelaku usaha lokal agar siap bersaing di pasar ekspor.
Program ini sejalan dengan semangat Kementerian Keuangan yang mendorong pemerintah daerah untuk memaksimalkan APBD dan Transfer ke Daerah (TKD) dalam mendorong sektor riil, alih-alih terlalu bergantung pada utang dan sektor tambang yang tidak terbarukan.
Dengan pertumbuhan ekonomi 2024 tercatat di angka 5,08%, Sultra masih bergantung pada sektor pertambangan (1,34%). Namun untuk mencapai target 8% pada tahun 2029, dibutuhkan strategi ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
BPS mencatat sektor industri pengolahan justru mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 12,98%. Ini menjadi sinyal kuat bahwa hilirisasi terutama di luar sektor tambang adalah mesin baru pertumbuhan ekonomi Sultra.
“Dibutuhkan tambahan investasi atau efisiensi belanja daerah sebesar Rp1,2 triliun per tahun agar pertumbuhan ekonomi bisa meningkat 0,6% per tahun secara konsisten,” jelas Tonny.
Karena itu, arah belanja daerah harus mulai dialihkan dari proyek-proyek fisik yang kurang produktif ke arah pembangunan strategis berbasis nilai tambah ekonomi.
Kontribusi Bea Cukai terhadap penerimaan negara juga menunjukkan hasil menggembirakan. Pada 2024, Ditjen Bea dan Cukai berhasil menghimpun Rp300 triliun secara nasional. Bea Cukai Kendari sendiri menyumbang Rp173 miliar pada tahun tersebut.
Hingga Mei 2025, penerimaan sudah mencapai Rp118,1 miliar, atau 81% dari target tahunan sebuah capaian signifikan yang mencerminkan penguatan peran Bea Cukai sebagai penjaga fiskal dan penggerak ekonomi daerah.
Selain mendukung sektor ekonomi, Bea Cukai Kendari juga aktif melakukan penindakan terhadap barang-barang ilegal. Sepanjang Januari–Mei 2025, tercatat:
1. 2.263.120 batang rokok ilegal dari 167 penindakan setara dengan 275% dari rata-rata nasional per satuan kerja.
2. 2.455 liter atau 3.274 botol minuman keras ilegal.
3. 1.011 gram ganja, 63 gram sabu, dan 250 butir obat-obatan tertentu hasil penindakan bersama BNN dan BPOM.
Dari hasil penindakan tersebut, Bea Cukai Kendari telah memproses: 2 kasus penyidikan, 11 berkas denda administratif senilai Rp1,95 miliar, 94 penetapan Barang Milik Negara (BMN) dan 6 kasus dinyatakan tanpa pelanggaran( Usman)