KENDARI, Kongkritpost.com- Suara alam menggema dari tangan-tangan mungil generasi muda Kendari. Dalam balutan nada-nada bambu yang merdu, Kota Kendari merayakan Hari Ulang Tahun ke-194-nya dengan cara yang tak biasa—festival musik tradisional yang menolak tenggelam oleh zaman.
Festival Musik Bambu ini bukan sekadar lomba. Ia adalah panggung warisan, tempat anak-anak SD dan SMP dari seantero kota mendendangkan identitasnya lewat alat musik khas masyarakat Tolaki. Bambu, yang selama ini tumbuh sunyi di hutan-hutan Sulawesi, kini bersuara lantang, menuntut dikenang dan dirawat dalam memori budaya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Kendari, Hj. Saemina, menyebut festival ini sebagai “mimbar kecil untuk cita besar.” Menurutnya, tradisi yang tak diajarkan sejak dini akan mudah hilang. “Musik bambu bukan hanya bunyi. Ia adalah bahasa nenek moyang kita,” ujarnya saat membuka acara (3/5/2025)
Dewan juri yang terdiri dari para maestro musik tradisional menilai para peserta dengan kriteria ketat: harmoni, teknik, kreativitas, dan keselarasan gerak tubuh dengan irama. Tak ada kibor, tak ada mikrofon. Hanya bambu, udara, dan jiwa anak-anak yang menyatu dalam nada.
Deretan Juara yang Mengukir Nada Sejarah
Untuk kategori SD, penampilan penuh semangat dari SD Negeri 1 menghantarkan mereka ke puncak juara dengan skor 1450, diikuti SD Negeri 6 (1410), dan SD Negeri 2 (1390).
Sementara di tingkat SMP, panggung dikuasai SMP Negeri 12 Kendari yang menyapu nilai tertinggi 1465, disusul SMP Negeri 17 (1440), dan SMP Negeri 7 (1410).
Tak sekadar trofi dan sertifikat, para pemenang juga akan mendapatkan pelatihan intensif langsung dari Wakil Wali Kota Kendari—sebuah langkah strategis untuk mengasah bakat dan memperluas panggung budaya lokal.
Festival ini diharapkan menjadi agenda tahunan, bukan hanya sebagai perayaan ulang tahun kota, tapi sebagai bentuk penghormatan yang berkelas terhadap akar budaya.
Ketika bambu berbunyi, sejarah bersuara. Kota Kendari tak hanya bertambah usia, tapi juga kian matang dalam menjaga warisan. Inilah simfoni bambu yang menyatukan masa lalu dan masa depan dalam irama yang tak lekang oleh waktu( Red)