KENDARI, Kongkritpost.com- Rumah Jabatan Gubernur Sulawesi Tenggara berubah menjadi lautan kebaya. Rabu, 12 Maret 2025, Ketua Dekranasda Sultra, Ny. Arinta Nila Hapsari Andi Sumangerukka, melantik Ketua Dekranasda Kabupaten/Kota se-Sultra untuk periode 2025-2030.
Sebanyak 16 Ketua Dekranasda Kabupaten/Kota resmi menerima amanah baru. SK pengangkatan dibacakan terlebih dahulu, layaknya pembuka panggung sebelum lakon utama dimulai. Dari Konawe hingga Kolaka Timur, para istri kepala daerah kini punya tugas tambahan: menghidupkan kembali denyut industri kerajinan di daerah masing-masing.
Bukan sekadar seremonial, pelantikan ini punya misi besar. Ny. Arinta Nila Hapsari mengingatkan bahwa Dekranasda bukan hanya wadah kumpul-kumpul ibu pejabat. Ada tanggung jawab besar di pundak mereka.
“Sinergi dengan OPD daerah harus diperkuat. Program Dekranasda bukan untuk seremoni semata, tapi untuk pemberdayaan perajin,” tegasnya
Pesannya jelas: kerajinan tangan Sultra harus naik kelas. Dari pasar lokal ke nasional, bahkan internasional.
Tak hanya bicara program daerah, Ny. Arinta juga menyinggung agenda nasional. Dalam pelantikannya di Istana Wapres oleh Selvi Ananda Gibran, ia mencatat beberapa program unggulan yang bisa diadopsi. Salah satunya, expo HUT Dekranasda yang bakal digelar di Kalimantan Timur.
“Inilah kesempatan emas. Tenun Sultra harus lebih dikenal. Siapkan produk terbaik kita!” serunya.
Selain itu, inovasi motif dan teknik juga harus dikembangkan. Tak boleh puas dengan pola lama. Dunia berubah, begitu juga tren fashion dan industri kreatif.
Di akhir acara, pesan terakhirnya cukup menarik. Para Ketua Dekranasda diingatkan bahwa tugas ini tak bisa berjalan sendiri. Dukungan suami, yang notabene kepala daerah, sangat diperlukan.
“Kalau sudah didukung, insyaallah tugas di rumah beres, tugas di daerah juga lancar,” katanya sambil tersenyum.
Dengan kepengurusan baru, Dekranasda Sultra siap berlayar. Angin perubahan sudah bertiup, tinggal bagaimana para nakhoda ini mengemudikan kapal mereka. Yang pasti, industri kerajinan Sultra tak boleh lagi hanya jadi pajangan—ia harus menjadi kebanggaan( Red)