KENDARI, Kongkritpost.com-Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru), Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Sulawesi Tenggara (Karantina Sultra) meningkatkan pengawasan ketat terhadap lalu lintas komoditas yang keluar masuk wilayah ini. Langkah ini menjadi upaya strategis untuk mencegah masuk dan keluarnya Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK), Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK), dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) yang dapat mengancam keamanan wilayah Sulawesi Tenggara.
Kepala Karantina Sulawesi Tenggara, A. Azhar, menegaskan bahwa timnya telah memperkuat inspeksi di berbagai titik kritis. Salah satu fokus utama adalah pengawasan terhadap kapal asing yang hendak memasuki wilayah Sultra. Selain itu, perhatian khusus diberikan pada hewan babi dan produk olahannya, mengingat meningkatnya kekhawatiran terhadap potensi masuknya virus African Swine Fever (ASF). Virus ini menjadi momok serius bagi industri peternakan babi karena mampu menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar ujarnya Minggu (22/12/2024)
Tim Karantina Sultra kini melakukan pemeriksaan intensif terhadap babi hidup, daging babi, dan produk turunannya yang masuk atau keluar wilayah Sulawesi Tenggara. Semua media pembawa harus melalui proses karantina dan dilengkapi dokumen kesehatan sebagai jaminan bahwa produk tersebut aman untuk diedarkan.
“Kami memastikan semua produk yang hendak masuk wilayah Sultra telah melalui pemeriksaan karantina yang ketat, sehingga dinyatakan sehat dan aman,” ujar A. Azhar.
Selain pengawasan, Karantina Sultra juga gencar melakukan sosialisasi kepada peternak, pedagang, dan masyarakat umum terkait bahaya ASF serta pentingnya menjaga biosekuriti. Virus ASF memang tidak berbahaya bagi manusia, tetapi sangat mematikan bagi babi. Penyebarannya dapat terjadi melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, barang yang terkontaminasi, atau makanan yang mengandung virus.
Hingga kini, Sulawesi Tenggara masih berada dalam zona aman dari virus ASF. Namun, Karantina Sultra tetap mengedepankan kewaspadaan dengan mengimbau masyarakat untuk segera melapor jika menemukan gejala mencurigakan pada babi, seperti demam tinggi, pendarahan, atau kematian mendadak. Penanganan cepat diyakini mampu mencegah penyebaran virus ini.
“Dengan pengawasan yang intensif, kami berharap dapat melindungi industri peternakan babi di Sultra agar tetap stabil dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian daerah,” tambah A. Azhar.
Langkah-langkah preventif yang dilakukan Karantina Sultra ini diharapkan mampu menjaga keseimbangan ekosistem dan melindungi wilayah dari ancaman penyakit hewan. Dengan demikian, masyarakat Sulawesi Tenggara dapat merayakan Nataru dengan aman dan nyaman, tanpa khawatir akan ancaman virus ASF( Red)