KENDARI, Kongkritpost.com- Dalam rangka menajamkan visi dan misi Gubernur Sulawesi Tenggara, Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka (ASR), di bidang ketahanan pangan, Pemerintah Provinsi Sultra terus mengintensifkan upaya penguatan ketahanan pangan masyarakat. Salah satu langkah konkret dilakukan melalui optimalisasi potensi subsektor hortikultura dan tanaman biofarmaka yang tersebar di berbagai kabupaten/kota.
Kepala Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra, Dr. L.M. Rusdin Jaya, menegaskan pentingnya percepatan pemetaan potensi pengembangan tanaman hortikultura di daerah. Menurutnya, subsektor ini sangat strategis dalam menjaga kestabilan pasokan pangan lokal, khususnya dalam menghadapi ancaman inflasi.
“Kita harus bergerak cepat untuk memetakan potensi pengembangan tanaman hortikultura di seluruh wilayah Sultra. Potensinya sangat besar dan secara umum bisa memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat,” ujar Rusdin, Sabtu (14/6/2025).
Ia menambahkan bahwa pendampingan, edukasi, dan pembinaan terhadap kelompok tani menjadi kunci dalam meningkatkan produksi dan produktivitas. Langkah ini juga merupakan arahan langsung dari Gubernur ASR agar ketahanan pangan di Sultra benar-benar kokoh dan mampu menekan laju inflasi.
*Komoditas Unggulan Hortikultura Sultra*
Berdasarkan data tahun 2024, terdapat sejumlah komoditas unggulan yang menyumbang signifikan terhadap ketahanan pangan Sultra, khususnya dari kelompok Sayur dan Buah Semusim (SBS).
Kubis menjadi tanaman dengan produktivitas tertinggi, mencapai 55,04 kuintal/Ha, dengan produksi total sebesar 3.893,98 kuintal dari luas panen 70,75 Ha. Kabupaten Konawe Utara tercatat sebagai wilayah dengan produktivitas kubis tertinggi, yakni 175 kuintal/Ha.
Kangkung memiliki luas panen terluas yakni 1.828,23 Ha, menghasilkan produksi sebesar 43.045,1 kuintal, dengan produktivitas rata-rata 23,54 kuintal/Ha.
Terung menjadi komoditas dengan produksi tertinggi yakni 48.141,67 kuintal selama tahun 2024.
Selain itu, komoditas lain seperti bawang merah, cabai rawit, dan tomat juga menunjukkan potensi besar:
Kabupaten Bombana unggul dalam produksi bawang merah sebesar 1.681 kuintal dari lahan 30 Ha.
Kabupaten Kolaka memiliki luas panen cabai rawit terbesar, sedangkan produksi tertinggi berasal dari Kabupaten Konawe Selatan (9.555,9 kuintal). Produktivitas tertinggi justru berada di Kabupaten Wakatobi dengan 129,12 kuintal/Ha.
*Potensi Buah dan Sayuran Tahunan (BST)*
Tanaman tahunan juga tak kalah penting dalam menyokong ketahanan pangan daerah.
Pisang mendominasi dengan total produksi 460.286,66 kuintal. Kabupaten Muna menjadi penghasil terbesar dengan 136.758 kuintal, disusul Kota Baubau (105.777,13 kuintal).
Nanas menjadi komoditas unggulan kedua dengan total produksi 219.377,94 kuintal, dimana Kabupaten Konawe Selatan menyumbang lebih dari sepertiganya yakni 125.968,01 kuintal.
Sektor biofarmaka turut berkontribusi besar terhadap ketahanan dan kesehatan masyarakat.
Rimpang menjadi primadona dengan produksi mencapai 1.898.563 kg dari luas tanam 1.150.118 m². Kabupaten Konawe Selatan memimpin dengan produksi 968.434 kg.
Jeruk nipis menempati posisi kedua dengan produksi 1.458.401 kg, terbesar berasal dari Konawe Selatan (473.569 kg) dan Kolaka Timur (59.035 kg).
Gubernur ASR dalam berbagai kesempatan menegaskan bahwa ketahanan pangan harus menjadi prioritas utama di tengah tantangan inflasi dan perubahan iklim. Ia mendorong seluruh jajaran perangkat daerah untuk bekerja cepat, tepat, dan kolaboratif dalam membina petani dan mengelola potensi sumber daya pertanian secara optimal.
“Ketahanan pangan bukan hanya soal ketersediaan, tetapi juga kestabilan harga dan aksesibilitas. Kita harus mampu menjaga pasokan pangan lokal agar inflasi terkendali,” tegasnya.
Pemerintah Provinsi Sultra berharap dengan sinergi lintas sektor, serta pemanfaatan potensi hortikultura dan biofarmaka, Sulawesi Tenggara dapat menjadi salah satu lumbung pangan yang kuat dan berkelanjutan di kawasan timur Indonesia( Red)