KONSEL, Kongkritpost.com-Air adalah nyawa. Tanpa air, hidup menjadi perjuangan tanpa henti. Begitulah yang dialami warga Kampung Tanjung Lemo, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, selama puluhan tahun. Namun, di tengah keputusasaan, hadir sosok polisi yang tak hanya mengayomi, tetapi juga membawa perubahan nyata: Aiptu Sisran.
Saat sebagian besar orang sibuk menyoroti keburukan, Aiptu Sisran memilih bertindak. Sebagai Ps Kanit Propam Polsek Laonti, ia bukan sekadar menjaga ketertiban, tetapi juga menggali solusi bagi permasalahan dasar masyarakat. Dengan dana pribadi, ia memasang instalasi pipa air bersih, mengakhiri derita warga yang sebelumnya harus mendayung sampan sejauh satu kilometer demi setetes air.
“Dulu kalau angin barat datang, kami tak bisa ke sumber air. Bisa seminggu lebih kami kehausan,” ungkap Mursalim (45), warga setempat. Kini, berkat upaya Aiptu Sisran, air mengalir langsung ke rumah mereka. Tak perlu lagi menantang ombak atau menanti belas kasihan hujan.
Namun, perjuangan ini bukan sekadar soal pipa dan air. Aiptu Sisran juga turun langsung ke lapangan, memikul semen, mendaki bukit, dan memastikan setiap rumah mendapatkan akses air bersih. “Saya janji, saya akan bantu,” katanya, dan janji itu ia tepati dengan sepenuh hati.
Rekam jejak kepedulian Sisran tak hanya di pesisir Sultra. Sebelumnya, saat bertugas di Kelurahan Sambuli, Kendari, ia menghadapi realitas pahit: pemuda yang tenggelam dalam minuman keras, kampung yang dicap zona merah. Namun, ia tak mengutuk, ia mencari jalan keluar.
Alih-alih membiarkan generasi muda tersesat, ia membuka peluang kerja. Berkomunikasi dengan perusahaan LPG yang baru berdiri, ia menjembatani pemuda-pemuda tersebut untuk mendapatkan pekerjaan. “Tidak ada bosan-bosan saya sampaikan, kalau mau kerja, saya bisa jembatani,” ujarnya. Hasilnya? Dua puluh pemuda keluar dari lingkaran hitam miras dan kini bekerja sebagai staf, petugas pengisian LPG, hingga satpam.
Perubahan itu tidak luput dari perhatian. Kapolresta Kendari memberikan penghargaan kepadanya pada 2021. Bahkan, pada 2022, polisi dari Jepang datang untuk mempelajari pendekatannya. Polisi yang bukan sekadar penegak hukum, tetapi agen perubahan.
Ketika sebagian polisi dicitrakan buruk karena segelintir oknum, Aiptu Sisran hadir sebagai bukti bahwa seragam cokelat itu masih punya makna kemanusiaan. Kepeduliannya yang tulus membuatnya diusulkan untuk Hoegeng Awards 2024, penghargaan bagi polisi berintegritas dan berdedikasi.
Bagi warga Kampung Tanjung Lemo, tak ada lagi gelar yang lebih layak daripada “pahlawan”. Dalam sunyi, dalam kerja nyata, Aiptu Sisran telah membuktikan bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil, dari seseorang yang peduli, dari seorang polisi yang benar-benar mengabdi(Red)