KENDARI, Kongkritpost.com- Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Tomsi Tohir, memimpin Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi yang dilaksanakan secara virtual dan serempak di seluruh Indonesia, Senin (27/5/2024). Dalam rapat ini, sejumlah narasumber dari berbagai kementerian dan lembaga turut memberikan pemaparan, termasuk Deputi Statistik Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini, Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional Nyoto Suwignyo, serta Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Edy Priyono.
Di ruang Rapat Biro Perekonomian Setda Sulawesi Tenggara (Sultra), hadir sejumlah pejabat penting, antara lain Kadis Ketapang Ari Sismanto, Karo Perekonomian Setda Abdul Razab, dan Kabid Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Disbunhorti, serta dinas terkait lainnya.
Dalam arahannya, Tomsi Tohir menegaskan pentingnya peran kepala daerah dalam mengendalikan inflasi dan mengevaluasi perkembangan harga komoditas. Ia menyebutkan bahwa kenaikan harga komoditas di minggu ketiga bulan Mei, seperti bawang merah di 298 kabupaten/kota, cabai merah di 247 kabupaten/kota, dan gula pasir di 199 kabupaten/kota, perlu mendapatkan perhatian serius.
“Diharapkan rapat kali ini dapat berfokus pada kenaikan harga komoditas di minggu ketiga bulan Mei, sehingga dapat mencari solusi terbaik dalam penanganannya,” ujar Tomsi. Ia juga mengingatkan bahwa upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah harus sesuai dengan laporan yang disampaikan melalui platform wasinflasi.kemendagri.go.id.
Pudji Ismartini dari Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa memaparkan data inflasi dan Indeks Perkembangan Harga (IPH) pada minggu ketiga bulan Mei 2024. Ia menjelaskan bahwa secara historis, bulan Mei selalu mengalami inflasi, dengan puncaknya pada Mei 2022 sebesar 0,40 persen. Ia juga menyebutkan bahwa beberapa komoditas pangan seperti bawang merah, cabai merah, gula pasir, bawang putih, dan telur ayam ras mengalami kenaikan harga yang perlu diwaspadai.
Di sisi lain, harga beras terus menurun hingga minggu ketiga Mei 2024 seiring dengan periode panen raya sepanjang Maret-April 2024. Beberapa kabupaten di Sulawesi Tenggara, seperti Muna, Kolaka Timur, dan Bombana, tercatat mengalami penurunan IPH tertinggi dengan angka masing-masing -4,39 persen, -3,41 persen, dan -3,35 persen.
Setelah mengikuti rakor, Kadis Ketapang Sultra Ari Sismanto menyampaikan bahwa inflasi di Sultra pada bulan April berada di angka 2,93 persen, masih di bawah rata-rata nasional. Pada minggu kedua dan ketiga bulan Mei, IPH Sultra berada di posisi terendah secara nasional, dengan angka -2,12 persen pada minggu ketiga. Komoditas yang menyumbang deflasi di Sultra antara lain beras, daging ayam, dan cabai.
“Beras saat ini sedang panen raya di Provinsi Sultra sehingga harga beras juga relatif turun melandai,” ujar Ari Sismanto. Ia menambahkan bahwa tiga kabupaten di Sultra masuk dalam 10 besar IPH terendah, yakni Bombana, Kolaka Timur, dan Muna. Fokusnya kini adalah mempertahankan kondisi ini untuk terus mengendalikan laju inflasi dan IPH dengan sebaik-baiknya.
Rapat koordinasi ini diharapkan dapat menjadi momentum bagi pemerintah daerah untuk lebih proaktif dalam mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas harga komoditas, demi kesejahteraan masyarakat( Red)