KENDARI, Kongkritpost.com- Di tengah ruang megah Pola Kantor Gubernur Sulawesi Tenggara, Senin (7/5/2025), pertemuan formal berubah menjadi ruang curhat yang jujur namun berkelas. Wali Kota Kendari, Siska Karina Imran, tak sekadar hadir dalam Kunjungan Spesifik Komisi II DPR RI. Ia membawa cerita tentang kota yang sedang berjuang—antara air yang tak bersih dan sampah yang tak kunjung habis.
Di hadapan sembilan anggota parlemen yang hadir, termasuk Ketua Tim Bahtra, Wali Kota Kendari menyampaikan kondisi Kota Lulo dengan narasi terbuka. Tak ada data yang disembunyikan, tak ada polesan.
“Ibu Wali Kota ini saya lihat di medsos hampir tiap hari berurusan dengan banjir dan sampah,” kata Bahtra dalam sambutannya, mengawali sesi dengan pujian yang mengandung harapan. “Mudah-mudahan di tangan beliau, Kota Kendari bisa semakin maju.”
Namun yang menarik bukan pujiannya—melainkan respons Wali Kota. Dengan nada datar tapi dalam, ia membuka realitas tentang PDAM Kota Kendari. Menyebutnya sebagai warisan masa lalu, ia mengungkap betapa usang sistem distribusi air bersih yang digunakan.
“Mesin-mesin itu sudah berumur lebih dari 65 tahun. Tidak pernah diperbarui. Penyaringan, perpipaan, semuanya belum pernah diganti,” ungkap Siska dengan nada getir. Tak heran jika jumlah pelanggan PDAM merosot dari 13 ribu ke 11 ribu. Bagi kota pesisir yang tumbuh pesat, angka itu lebih dari sekadar statistik—itulah cermin krisis yang nyata.
Meski demikian, ia tak datang membawa keluhan semata. Strategi sudah disusun, usulan sudah diajukan ke Kementerian PUPR. Dan jawaban cepat datang: Menteri PU langsung mendisposisi rencana proyek air bersih senilai Rp500 miliar untuk Kota Kendari.
“Dua masalah utama kami saat ini: banjir dan air bersih. Tapi saya percaya, langkah-langkah kolaboratif seperti ini bisa menjadi titik balik,” tegas Wali Kota.
Anggota Komisi II DPR RI yang hadir—di antaranya Ahmad Irawan, Anang Susanto Suhendar, dan Rusda Mahmud—mencatat, mendengar, dan tampak memberikan perhatian serius.
Pertemuan ini mungkin hanya satu dari sekian banyak kunjungan spesifik parlemen. Tapi di balik kesan formalnya, tersimpan sebuah momentum( Red)